FF HaeSica "Crazy Little Thing Called LOVE" - Part 1 - Pemulih Jiwa (Nursing Care)
Headlines News :
Home » » FF HaeSica "Crazy Little Thing Called LOVE" - Part 1

FF HaeSica "Crazy Little Thing Called LOVE" - Part 1

Written By Puisi cantik on Rabu, 04 April 2012 | 21.20

FF HaeSica "Crazy Little Thing Called LOVE" - Part 1

 


Title :  Crazy Little Thing Called LOVE
Author: kkezzgw / Kezia Gabriella Winoto
Main Cast:
  • Jung Jessica (SNSD)
  • Lee Donghae (Super Junior)
Other Cast:
  • Cho Kyuhyun (Super Junior)
  • Im Yoona (SNSD)
  • Kwon Yuri (SNSD)
Support Cast:
  • Kim Hyoyeon, Lee Sunkyu, Choi Sooyoung (SNSD)
  • Kim Taeyeon, Seo Joo Hyun (SNSD)
  • Kim Ryeowook, Park Jungsu (Super Junior)
  • Jung Krystal [f(x)]
  • Tiffany Hwang (SNSD)
  • Member Super Junior
  • SMTOWN Family
Genre: Romance

Rated: General

SHARE ON: http://readfanfiction.wordpress.com/2012/03/17/crazy-little-thing-called-love-part-1-2/

A/N: FF INI ADALAH JESSICA POV.
FF yang tiap 1 chapternya pasti panjang, biar puas.
FF ini juga nyuruh kalian buat berimajinasi yang tinggi^&^ harus tinggi bgt malah xp
FF ini MURNI dari pemikiran saya, diambil dari kisah film “Crazy Little Thing Called Love” yang diperankan Mario Maurer dan Pimchanok di tahun 2010. Kalo mau dapet feelnya, disarankan buat nonton filmnya, pasti berasa bgt dech dijamin 
Karena di cerita aslinya sang karakter utama itu tadinya ‘itik’ lalu berubah menjadi ‘angsa’, jadi anggap saja main cast disini..seperti itu xp Oh iya, untuk teman – temannya juga, anggap saja seperti itu 
Oh iya, karena ini hanya “FICTION” jadi, karakter – karakter disini yang mungkin BERBEDA dengan aslinya, jeongmal mianhae.
Ada 2 versi, yaitu HaeSica dan YoonWon^&^

                                                                   HAPPY READING^&^
                                                          READ, COMMENT, AND LIKE PLEASE 

_________________________________________________________________


“kita semua”
“memiliki seseorang yang tersembunyi di dasar hati”
“Ketika kita berpikir tentang dia, kita akan merasa seperti… umm ….
”“Selalu merasa sedikit sakit di dalam”“Tapi kita masih ingin mempertahankan dia”
“Meskipun aku tidak tahu di mana dia sekarang ..”
“Apa yang dia lakukan”
“Tapi dia adalah orang yang membuatku mengetahui hal ini..”
…..
…..
“A crazy little thing called love

                                                                                                                                      2012…

AUTHOR POV

Terpampanglah sebuah gedung yang megah dengan cat bewarna biru muda. “JSY Museum”. Ya, JSY Museum adalah museum fotografi yang sangat terkenal di antara semua museum di Seoul. Bukan hanya karena keindahan hasil jepretan sang fotografer, tapi karena “keindahan” sang fotografer menjadi prioritas utama para pengunjung yang datang ke museum itu. Setiap hari, lebih dari 300 yeoja di Korea Selatan mendatangi museum megah itu, yang tak lain hanya untuk melihat sang fotografer yang tampan, baik hati, dan ramah.

Hari ini adalah pameran sang fotografi professional. Sang fotografer sedang diwawancarai mengenai sebagian besar foto-fotonya. Tiba-tiba terdengar suara tangis bayi. Fotografer itu mohon izin pada yeoja – yeoja yang mewawancarainya, “Mianhae, itu anakku.”

Saat fotografer menghampiri bayi itu dan menghiburnya agar tak menangis lagi. Dia terus menghibur bayi itu dengan penuh kasih sayang, membuat yeoja di tempat itu histeris. Tetapi, ada yang mengganjal di hati mereka, lalu mereka pun berbisik-bisik, “Tampan sekali, sayang sudah punya anak.”

“Jangan menangis lagi ya Kyungsan…Mianhae, aku harus pergi sebentar untuk mengantar anakku ini, nanti aku lanjutkan kembali, annyeong..” sapa sang fotografer itu dengan ramah yang membuat para yeoja di tempat itu histeris kembali. Dia pun menidurkan bayi itu di keranjang gendongnya, dan berjalan turun menuju tempat parkiran, lalu mengambil motor Sport bewarna merah cabainya itu, dan segera tancap gas.

JESSICA POV

Annyeong, chonun Jessica Jung atau Jung Sooyeon. Sekarang aku bekerja sebagai seorang designer yang cukup terkenal di New York. Aku lahir di San Fransisco, tapi ketika umurku 5 tahun aku dan keluargaku pindah ke Korea Selatan. Inilah aku, Banyak yang mengatakan kalau mereka iri padaku, aku hanya tersenyum mendengarnya. Tapi di hati kecilku, aku menjerit seakan mengatakan “Kalian tidak tahu perjuanganku hingga bisa menjadi seperti ini” , “Apa kalian tahu? Dulu aku seorang ‘itik buruk rupa’” itulah yang aku pikirkan setiap mendengar pujian – pujian yang dilontarkan mereka padaku. Hmm..aku ingin menceritakan sebuah pengalaman, pengalaman yang paling berharga dalam hidupku, hingga membuatku bisa seperti sekarang. Dulu, aku berbeda jauh dengan yang sekarang, dulu aku hitam, kucel, dekil, bodoh, berkacamata, dan semua kejelekkan ada pada diriku, tapi berkat seseorang, seorang namja yang sudah merebut hatiku selama 12 tahun lebih, ya…Dialah orangnya…Yang berhasil membuatku sampai seperti ini..Dia adalah…

FLASHBACK 9 TAHUN YANG LALU ->

                                                                                                                                      2000…(SMP KELAS 1)

Aku adalah Sooyeon, seorang gadis berkulit gelap dan berkacamata, baru pulang sekolah bersama ketiga chigudeulku, Sooyoung, Hyoyeon, dan Soonkyu. Kami berempat itu JELEK. Sangat jelek, tidak ada yang mau berteman dengan kami, karena kami terlalu jelek dan bodoh. Tapi bukan berarti itu menjad penghambat, sampai sekarang, kami masih tetap ceria dan tertawa bersama, walaupun mereka bergidik geli sesekali ketika melihat kami.
Dan, inilah kami!



Seperti biasa, aku pulang sekolah bersama sahabat – sahabatku. Kami tertawa riang sepanjang perjalanan, tak perduli berapa belas mata yang memperhatikan kami, lalu seperti biasa, kami mampir di sebuah kedai kecil yang hampir setiap hari kami datangi. Itu bukan tanpa alasan, karena disana…

Ya! Sampai akhirnya, tatapanku terpaku pada sebuah sepeda motor yang dikendarai oleh seorang namja tampan melintas. Aku memperhatikannya dengan terpesona sambil duduk dan menyeruput jus alpukatku, kedua mataku terus memperhatikannya dengan tatapan berbinar, apalagi saat namja itu dengan baik hati memberikan jalan pada orang buta. Chingudeulku yang menyadari arah pandanganku menggodaku, meski aku berusaha mengelak tapi aku tak luput dari sasaran kejahilan mereka.

Kami pun keluar bersama dari kedai itu lalu berjalan bersama lagi, sambil tertawa riang menuju rumahku, “Oh iya!” aku tersadar. Aku harus menjemput seseorang di stasiun! Kyaa..bagaimana mungkin aku bisa lupa?

“Yak! Aku harus ke stasiun, annyeong..” pamitku pada chingudeulku yang hanya cengok melihat sosokku yang semakin menjauh dari sorot mata mereka.

“Pasti ada turis..” kata Soonkyu yang hanya di jawab anggukan Hyoyeon dan Sooyoung, lalu mereka melanjutkan perjalanan mereka kembali.

Aku menjemput seorang bule bernama James Bean. Ibuku memiliki penginapan dan restoran murah untuk para turis backpacker yang datang ke Seoul.Aku pun sukses membawa turis itu ke penginapan di rumahku dan dengan riang masuk ke dapur menghampiri ummaku yang sedang memasak kimchi pesanan para turis itu.

“Bagaimana sekolahmu hari ini?” tanya ummaku.

“Baik, aku masih dengan Sooyoung, Hyoyeon, dan Soonkyu.”

“Apa kalian tak bosan satu sama lain? Kalian sudah bersama sejak kelas 1.” Tanya ummaku sambil memasang tatapan heran.

Soojung menimpali, “Dia tak punya pilihan. Tak ada lagi yang mau berteman dengannya karena begitu melihat Sooyeon.”
Aku yang kesal menarik kepangan rambutnya, umma melerai dan menasihati, “Chingu adalah chingu, bukan masalah penampilan” tegas ummaku pada kami.

“Tapi tetap harus jadi pertimbangan pertama. Untung aku terlahir mirip dengan Umma, jika aku mirip dengan Appa atau Sooyeon, aku pasti takkan punya pacar saat aku besar” aku yang semakin kesal kembali menarik kepangan rambutnya, sekarang dua – duanya.

Dan lagi-lagi kami  bertengkar. Dan lagi – lagi ummaku yang memisahkan kami, “Soojung ini, appamu pasti sedih kalau mendengarnya. Sooyeon, pergi ke tempat yang kau inginkan sana!” usir umma kami yang sudah terlalu pusing melihat pertengkaran kami.

Aku pun perlahan melangkah ke arah pintu, lalu dengan usil aku menepuk buku yang sedang dipegang Soojung sampai terjatuh. Soojung menggerutu dan ummaku hanya menggeleng – gelengkan kepalanya lalu melanjutkan aktifitasnya lagi.
Setelah aku pergi, Soojung berbicara, “Appa di Amerika. Ia takkan bisa mendengar kita.” Protes Soojung sambil memanyunkan bibirnya.

Saat aku pulang dari pasar dan menikmati eskrim yang kubeli, seorang namja jatuh dari pohon di dekatnya. Namja yang sama yang dengan yang kulihat sedang mengendarai motor vespa sepulang sekolah tadi!

“Mangga?”tawar namja itu padaku.

Aku terkejut dan tanpa pikir panjang langsung menerima mangga itu dengan hati berbunga-bunga. Namun kesenangan hatiku tak berlangsung lama ketika aku melihat namja itu juga menawarkan mangga yang dipetiknya pada yeoja lain di jalan. Aku yang kesal hanya bisa memanyunkan bibirku sambil memakan es krim itu dengan kesal.

Keesokan harinya di sekolah, Sooyeon, Sooyoung, Hyoyeon, dan Soonkyu menghabiskan waktu istirahat mereka dengan mengisi quiz di majalah.

“Hyoyeon dapat 28. Namja yang pas untukmu adalah seseorang dengan jiwa pemimpin…” kata Soonkyu. Kamu lalu melirik Eunhyuk, pemimpin klub agama Buddha yang suka meditasi.

“Sooyoung 15-25, namja yang cocok untukmu adalah cowok yang ahli dibidang olahraga.” Kata Soonkyu. Sooyoung melihat Changmin, cowok anggota sepak bola, dengan terpesona.

“Sooyeon, kau cocok dengan namja yang berjiwa seni… Kira-kira siapa ya?”
Aku tak mempedulikan chingudeulku. Dari tadi mataku hanya memandang seorang namja yang lucu dengan menempelkan stiker hitam di alisnya. Rupanya namja tampan itu satu sekolah denganku!
Aku tersenyum puas, “Aku harus mengenalnya! Harus” kataku sambil menggepalkan tangannku.

Di kelas Bahasa Inggris Taeyeon songsaenim,  Aku dan chingudeulku terlihat sibuk mengobrol lewat kertas. Kita membicarakan namja tampan yang sedari tadi dilirik olehku.
Sooyoung menulis, “Namanya Donghae. Dia senior satu tingkat di atas kita. Masa lalunya sangat mengerikan. Jangan dekat-dekat dengannya.”
Aku yang tak terima, membalas, ”Itu tidak benar.”
Kata Sooyoung, “Itu benar! Dua orang yeoja pernah mengundurkan diri dari sekolah karenanya. Dia itu berbahaya.”

Dan saat Sooyoung dan Hyoyeon mengobrol mengenai Donghae, Taeyeon songsaeng mengetahuinya dan menghukum Sooyoung untuk berdiri. Ia ditanyai arti dari “You’re my inspiration”. Sooyoung yang tak tahu gelagapan, hingga akhirnya aku memberi tahunya diam-diam dan Sooyoung bisa melalui hukumannya dengan mulus, lalu diperkenankan duduk kembali.

Di tengah pelajaran aku meminta izin pada Taeyeon songsaeng untuk pergi ke toilet, “Songsaenim, may I go to the toilet, please?” tanyaku dengan tampang kebelet, tapi bohong.

Taeyeon songsaeng mengijinkanku untuk pergi ke toilet, tapI bukan itu tujuanku. Aku pun berbelok untuk mengintip Donghae di kelasnya. Terlihat dia sedang menjahili bangku chingunya, Aku tersenyum geli dan puas.

Saat berbalik hendak ke kelas, aku berpapasan dengan Donghae yang rupanya mendapatkan getah dari perbuatan jahilnya. Dia dihukum berdiri di luar kelas sambil mengangkat satu kaki dan merentangkan tangannya. Tanpa sepengetahuan songsaeng, Donghae memasang headset di telinganya. Begitu aku lewat, Dia memberi isyarat dengan telunjuk jari agar aku tak berisik. Aku tersenyum geli melihatnyayang joget-joget diiringi musik di headsetnya. Ahh dia memberiku senyumannya!

Sejak saat itu, aku yang sedang kasmaran mengikuti kemana pun dia pergi. Ke tangga, aku pura-pura ada disitu sejak tadi. Aku juga menelusuri lorong-lorong sekolah hingga tak sengaja hampir bertabrakan dengan Kepala Sekolah. Begitu pun saat olahraga.Donghae yang suka ikut-ikutan bermain bersama klub sepak bola memancing histeria para yeoja yang tergila-gila padanya. Termasuk aku yang pura-pura membagikan minuman gratis.

Saat sedang bermain sepak bola, tiba-tiba seorang yeoja  memanggilnya. Donghae menghampirinya dan mereka terlihat akrab. Seluruh murid kelihatan jealous dan penasaran tentang hubungan keduanya.

“ANDWAE!” teriakku kesal melihat itu, tapi teriakanku sepertinya terlalu kencang hingga membuat tempat itu hening sejenak. Aku pun membungkuk meminta maaf dan langsung lari mengejar Donghae.

Di rumah, Aku mematut di depan kaca. Aku menyadari tak ada kemungkinan untuk Donghae melirikku karena kulitku yang dekil dan gelap.

Kemudian aku dikejutkan oleh kedatangan ahjussi yang bekerja di Amerika bersama appa. Ahjussi masih terkena jetlag karena penerbangan yang jauh.

Dia memberitahu aku, Soojung, dan tentu saja ummaku kalau appa sekarang bekerja menjadi asisten koki. Ia juga mengirimkan foto serta mengatakan kalau Ummaku dan anak-anak harus bersabar.

“Appamu juga mengatakan, kalau di antara kalian ada yang mendapatkan ranking 1 maka ia akan mengirimkan tiket ke amerika.” Kata pamanku dengan ekspresi riang.

Aku dan Soojung bersorak gembira.

“Tapi tiket kan mahal” ujar Soojung yang langsung menghilangkan kegembiraanku.

“Karena appamu tahu, mendapatkan ranking 1 itu sangat sulit buat kalian makanya ia janji seperti itu.” Kata umma kami bijaksana sambil tersenyum menguatkan.

Aku memandangi foto appa penuh tekad, “Lihat saja appa, aku akan mendapatkan ranking 1!” kataku lagi – lagi dengan tatapan penuh keyakinan dan kepalan tangan.

“Dari ranking 30?”sela Soojung. Gubrak! Rasanya mentalku langsung turun lagi mendengarnya.

Istirahat sekolah, Aku yang hendak membeli minuman untuk chingudeulku , tapi siapa disangka, kami mendapat gangguan dari anak-anak basket, Jonghyun dan Kangin.

“Ya! Kenapa kalian menyerobot kami?” protesku melihat tingkah seenaknya mereka. “Kami butuh air sekarang! Kami sedang berolahraga, sedangkan kalian? Cuih!” kata Kangin dengan tatapan menyebalkan yang membuaktu muak.
Kami bertengkar dan keributan itu disadari oleh Donghae. Tanpa banyak bicara, Donghae langsung mendekati loket dan membelikan aku 4 gelas pepsi untuk kami semua. Donghae melihat Jonghyun dan Kangin dengan tatapan licik tapi menggoda. Aku semakin terpesona oleh Donghae…

Rupanya Jonghyun dan Kangin tak terima oleh perbuatan Donghae yang dinilai mereka sok pahlawan. Mereka mengajak Donghae bertarung di belakang sekolah. Tadinya Donghae tak berniat meladeni mereka sampai Jonghyun menghina-hina appanya, “Wae? Kau berniat menjadi sok pahlawan seperti appamu? Gara-gara appamu tak bisa tendangan pinalti provinsi kita tak jadi mendapatkan piala nasional! Dasar sial appamu!” kata Jonghyun tepat di hadapan Donghae yang langsung…
BUG! Donghae yang habis kesabaran langsung menghajar Jonghyun tanpa ampun.
Aku yang mendengar tentang perkelahian Donghae, segera kembali ke sekolah. Namun saat kembali mereka  sudah tak ada. Hanya ada sebuah kancing berlumuran darah yang terjatuh di lantai.

“Punya siapa ini?” gumamku sambil memperhatikan kancing itu. “Mungkin punya Donghae, lebih baik kau simpan..” saran Hyoyeon yang langsung disambut Jessica dengan riang.

Sesampainya di rumah, Aku menyimpan Pepsi yang dibelikan Donghae untukku di kulkas. Di tempelkan kertas bertuliskan
“Jangan Diminum” di gelas Pepsi milikku itu. Saat di kamar,Aku membersihkan kancing yang tadi ku pungut dengan  lembut, lalu menggambar sebuah senyum di atas kancing tersebut. Aku menamai benda yang kuyakini milik Donghae itu Tuan Kancing. Setelah itu aku tertidur sambil membayangkan memeluk Donghae dengan erat, sehingga mimpiku terasa semakin indah.

Saat upacara sekolah keesokan harinya, Taeyeon songsaeng memanggil nama-nama yang disuruh ke ruang disiplin untuk diberi hukuman. Rupanya Donghae, Yesung (teman Donghae) , Jonghyun, dan Kangin juga dipanggil karena bertengkar kemarin.

Saat di ruang Guru Kedisiplinan, Donghae dan Jonghyun diberi hukuman sabet rotan di pantat oleh Kepala Sekolah, Lee Sooman songsaeng. Aku yang semakin merasa menyesal menunggui Donghae sampai selesai menerima hukumannya.

“Aku akan memanngil orang tua kalian. Eh..ani ani, hanya Jonghyun,Donghae karena akan diadakan lomba fotografi, kau harus ikut lomba itu mengingat hasil fotomu sangat bagus. Kali ini akan ku bebaskan kau. Sekarang kalian boleh pergi.

SELANJUTNYA! KANGIN DAN YESUNG! PALLI! KEMARI!” teriak Sooman ahjussi.
Di luar, Donghae bertemu denganku, aku yang merasa tidak enak langsung meminta maaf padanya..

“Oppa, mianhaeyo, karena aku, kau jadi begini, jeongmal mianahe..” sesalku melihatnya masih kesakitan sambil terus mengelus pelan pantatnya.

“Gwenchana, hukuman ini aku terima, bukan karnamu..” katanya lembut sambil memberikan senyumannya yang lagi – lagi membuatku..JANTUNGAN!!

“Tetap saja aku merasa tidak enak, sebagai permintaan maafku..ini..terimalah plester ini..” kataku dengan muka malu – malu sambil menyerahkan plester itu lalu berbalik badan dan berjalan berpelahan.

“Sooyeon!” panggilnya. KYAA!! APA AKU TIDAK SALAH DENGAR? DIA MEMANGGILKU?? DIA TAHU NAMAKU? APA AKU BERMIMPI SEKARANG?”

“Ne? Wae, oppa?” tanyaku gugup sambil membalikkan badanku menghadapnya.

“Gomawoyo, Jung Sooyeon..” katanya sambil mengeluarkan senyum mauntya padaku. Aku pun tak tahu harus menjawab apa, dan langsung lari berusaha menahan rasa senang yang berlebih dalam diriku sekarang.

“KYAAAA!!! LEE DONGHAE!! LEE DONGHAE!! LEE DONGHAE!!! DIA TAHU NAMAKU!! DIA TAHU NAMAKU!!! AHHHHHH LEE DONGHAE TAHU NAMAKU, LEE DONGHAE TAHU NAMAKU!!!! AHH!!!!” teriakku histeris dan heboh di tepi danau.

Di Kedai tempat aku dan chingudeulku biasa nongkrong sepulang sekolah, Sooyoung menemukan buku 20 Trik Menggaet Senior untuk menjadi namjachingu. Aku pura-pura tak tertarik dan memilih membaca buku, Rahasia Menjadi Ranking 1.

Sooyoung menggodaku, “Apakah kau benar-benar, Sooyeon?”

Aku merengut, “Aku serius. Sudah 5 tahun aku tak bertemu appaku, aku ingin segera bertemu dengannya.”

Beberapa saat kemudian masuk beberapa kakak kelas mereka sambil membawa sebuah buku berjudul 9 Metode Cinta. Kakak kelas itu membicarakan bahwa buku itu ampuh sekali dan membuatnya bisa pacaran dengan orang yang ia sukai. Temannya juga membeli buku yang sama, dan ia juga berhasil.

Sooyoung dan yang lain tertarik membeli buku itu dan membacanya di rumahku.

Metode pertama (dari Yunani):

“Pergilah ke tempat dimana banyak bintang seorang diri, lalu tariklah garis dari bintang satu ke bintang yang lainnya sampai membentuk nama pria yang kau sukai.”

Sooyoung dan yang lainnya langsung ke jendela dan menarik nama masing-masing pujaan hati mereka, sementara aku hanya diam saja di kursi baca.

“Sooyeon, kau tak ikutan?” tanya Hyoyeon padaku.

“Aku tak percaya hal semacam itu. Buku itu tak masuk akal.” Kataku pura – pura serius.

Akhirnya setelah chingudeulku pulang, Aku segera berlari ke jendela dan menarik nama “Donghae” di antara bintang-bintang dengan sepenuh hati.

Donghae sedang bermain bola bersama chingudeulnya  hingga pelatih fotografi nya datang. Ia membawa poster tentang lomba fotografi yang akan diikuti oleh Donghae. Appanya yang sedang beres-beres toko memandang Donghae dari jauh.

“Dia selalu bermain sepak bola bersama teman-temannya tapi tak pernah mau ikut klub sepak bola sekolah” kata appanya.

Umma Donghae yang ternyata bule, “Biarkan saja. Dia bermain sepak bola untuk bersenang-senang, bukan untuk bertanding.”

Appa Donghae mengusap wajahnya, “Andai saja saat itu aku berhasil melakukan penalti…”

Umma Donghae menghela nafas, “Nah, lagi-lagi kau bicara seperti itu. Donghae tak bermain serius bukan karenamu. Kalaupun ia trauma, suatu saat ia akan melewatinya. Lihat, orang yang nyata berdiri di depanku, sudah melewati hari yang buruk itu hingga bertahan sampai sekarang bukan?” Appa Donghae hanya tersenyum dan mengangguk.

Pagi harinya di sekolah, Aku datang dengan penampilan baru. Aku memasang kawat gigi. Sementara Soonkyu bilang aku aneh dengan kawat gigi tersebut, Tapi aku bersikeras kalau kawat gigi itu kelihatan indah.

Sooyoung tak memperdulikan, ia menatap Changmin yang duduk jauh di depannya. Kemudian bergumam, “Makan… makan nasinya… yes! Dia makan nasinya!”

Hyoyeon meledek Sooyoung, “Tentu saja, karena dia memang sedang makan.”

“Apa yang sedang kalian lakukan?”tanya Soonkyu heran.Hyoyeon menunjukkan lagi buku 9 Metode Cinta…

Metode kedua (dari Maya):

“Pusatkan pikiranmu dan tataplah orang yang kau suka. Usahakan kau menguasai pikirannya, kemudian suruh ia melakukan sesuatu. Jika berhasil, maka ia pasangan jiwamu…”

Sebelum Soonkyu selesai bicara, aku sudah memandangi Donghae. Sambil memusatkan pikirannya aku bergumam, “Menolehlah padaku… menolehlah padaku…”

Usahaku dilihat oleh chingudeul Donghae yang kemudian memanfaatkan keadaan itu untuk menyuruh Donghae menoleh hingga bisa mencuri bakso miliknya. Dia menoleh. Aku menjerit kecil, “Donghae menoleh padaku!”

“Siapa yang menoleh, Sooyeon?”tanya Sooyoung yang duduk disampingku.

Aku membetulkan kacamataku dengan gugup, “Ani. Bukan siapa-siapa.”

“Kau mencoba menghipnotis Donghae ya?”tanya Sooyoung curiga.

“Mwo, kau gila?! Tentu saja tidak!”elakku. Tapi akhirnya aku ketahuan juga telah berbohong.

“Lalu kenapa kau bilang buku ini tak masuk akal?”sindir Soonkyu.

Aku tersipu, “Aku takut kalian akan meledekku…”

Sooyoung menepuk bahuku, “Tenang saja Sooyoeon…”
“…kami pasti akan meledekmu!” lanjut chingudeulku sambil tertawa, aku hanya bisa manyun.

Di tempat lain, Taeyeon songsaeng sedang bahagia karena diberi sekotak telur asin oleh Ryeowook songsaeng.

“Sepanjang perjalananmu kau pasti memikirkan aku karena membeli telur ini” ucap Taeyeon songsaeng tersipu malu. Ryeowook songsaeng hanya tersenyum.

Sepanjang jalan Taeyeon songsaeng bernyanyi gembira dan memamerkan telur asin yang diberi Ryeowook songsaeng, namun nyanyiannya terhenti ketika di kantor guru, masing-masing meja juga penuh dengan kotak telur asin dengan merek yang sama. Bahkan banyak yang lebih dari satu kotak. Tayeon songsaneg pun berdehem dan duduk dibangku kerjanya lagi.

Metode ke tiga (dari Skotlandia):

“Berikan sesuatu yang berlambang hati kepada pujaanmu”

Kali ini aku dibantu oleh chingudeulku, hendak memberi Donghae hadiah coklat berbentuk hati. Mereka menyingkirkan hadiah-hadiah lain yang ada di atas sepeda motor Donghae dan menaruh kotak coklatku di atas sepeda motornya.
Tapi, ketika kami sedang berjalan untuk menyembunyikan kado – kado itu, tiba – tiba Donghae muncul dan melihat tumpukan kado yang sedang dibawa Hyoyeon. Kikuk. Kikuk. Lalu Aku, Sooyoung , dan Sunny langsung kabur. Sedangkan Hyoyeon yang keberatan, bingung harus berbuat apa dan akhirnya ikut melarikan diri.

Pulang sekolah pun tiba. Inilah saat – saat yang paling kutunggu, saat Donghae mengambil hadiahnya, aku dan chingudeulku dan mengintip dari balik tembok. Dan, ups, rupanya karena kelamaan di atas sepeda motor Donghae, coklat itu mencair dan mengotori sepeda motor Donghae.

“Kita lupa satu hal,” ujar Sooyoung, “Negara kita negara Tropis.” Mereka pun menepuk dagu masing – masing sambil terus mengeluh.

Tiba – tiba, terlintas ide yang menurutku, cukup aneh..“Mangga?”tanya Soonkyu heran padaku ketika aku memutuskan untuk memberi Donghae Mangga, “Orang lain memberi sapu tangan, bunga, dan yang lain sementara kau Mangga? Bagaimana bisa romantis.” Protesnya lagi. Aku hanya tersenyum penuh arti sambil membetulkan kacamataku.
Saat mereka masih berdebat, rupanya sudah ada yang mendahului mereka. Yuri, cewek tercantik satu sekolah menghampiri Donghae dan memberinya kue mangga buatannya. Donghae terlihat sangat senang dan berterima kasih. Tentu saja chingudeul Donghae semakin terpesona dengannya.

“Dia manis, dan ibu rumah tangga yang baik di masa depan, bagaimana kita bisa bersaing dengannya?”ujar Soonkyu lesu. Aku mulai putus asa. Benar apa yang dikatakan Soonkyu. Dia terlalu cantik untuk bersaing denganku. Aku terlalu buruk untuk Donghae, bagaimana mungkin Donghae bisa menyukaiku?

Saat ujian Bahasa Inggris berlangsung, rupanya Taeyeon songsaeng diundang oleh Ryeowook songsaeng untuk makan malam di rumahnya. Taeyeon songsaeng pura-pura sibuk dan berusaha menyempatkan diri untuk datang. Namun Seohyun songsaeng lewat dan mengkonfirmasi janji makan malamnya juga bersama Ryeowook Songsaeng di waktu yang sama. Taeyeon songsaeng bertanya pada Ryeowook songsaeng, “Malam ini bukan hanya kencan di antara kita saja?”
Ryeowook songsaeng tertawa, “Tolong jangan sebut sebagai kencan. Malam ini aku sengaja mengundang guru-guru untuk makan malam bersama.”

Taeyeon songsaeng cemberut. Ketika aku menghampiri dan menyerahkan kertas ujianku, Taeyeon songsaeng yang masih terbawa emosi meremas kertas ujianku dan membuangnya.

“Songsaenim! Apa yang kau lakukan? Itu kertas ulanganku!” kataku lemas pada Taeyeon songsaeng. Saat tersadar, ia memintaku menolongnya memungut kertas itu lagi.

“Aku punya ide” kata Sooyoung, “Donghae harus mengantar Sooyeon pulang. Ini akan jadi terlihat romantis.”
Aku dan yang lainnya setuju. Tentu saja, aku sangat sangat setuju. Kami mencari cara supaya aku kelihatan butuh tumpangan. Sooyoung sampai membuang kunci motor milik Hyoyeon. Sayangnya mereka lagi-lagi kedahuluan Yuri. Yuri berjalan mendekati Donghae dan pura-pura terkilir kakinya.

“Kue Mangga” Donghae memanggil Yuri, “Wae? Apa kau tak bisa berjalan?”

“Tak apa…” ucap Yuri pura-pura, namun lagi-lagi ia memperlihatkan seolah-olah ia terkilir. Donghae yang gentle menawarkan tumpangan pada Yuri yang disambut senang hati. Yuri tersenyum menang ke arahku.

“Ah, Dramatis sekali” sinis Soonkyu.
“Apa ia lulusan sekolah akting?”sahut Sooyoung.

Sementara aku hanya melongo tak percaya. Aku benar – benar kesal melihat ini semua, “Aish! Lihat saja yeoja itu, akan kubuat kakinya terkilir selamanya! Huft” kataku emosi melihat semua dramanya.

                                                                                                                                      2001…(SMP KELAS 2)

Soojung menemukan kertas yang isinya gambarku dan Donghae kemudian mengadukannya pada Umma. Jelas, umma marah padaku yang sudah memikirkan pacaran, “Sooyeon, bagaimana kamu mau bertemu appamu? Untuk hal ini, kamu harus lebih dewasa dulu. Sekarang kamu hanya harus fokus belajar!”

Soojung meledek Nam. Dengan marah, aku pergi ke atas atap. Soojung memang menyebalkan!

Di atas atap aku hanya melamun sambil mendengarkan musik sedih. Rupanya Soojung yang merasa bersalah menelpon chingudeulku agar menghiburku. Mereka datang dan hendak mempraktekan buku 9 Metode Cinta.

Metode ketujuh *tahu-tahu sudah tujuh* (dari Gypsy):

“Cinta, berarti harus membangun diri sendiri. Gunakanlah kekuatan cinta agar kita bisa menjadi lebih pintar, lebih cantik dan lebih baik dari sebelumnya. Maka akhirnya si dia akan melihat ke kita.”
Sooyoung dan yang lainnya melakukan segala macam perawatan pada tubuhku. Dari masker, lulur, sampai melumuri kulit Nam dengan kunyit.

“Karena Donghae tampan, Sooyeon pun harus terlihat cantik..” kata Soonkyu sambil terus mengggosok tubuhku dengan..-_- “Ya! Soonkyu-ah! Pelasn – pelan, kulitnya bisa terlupas kalau kau terlalu kasar!” tegur Sooyoung.
Kami tertawa bersama, dan tak lupa menyanyikan lagu persahabatn kami…

A/N: nonton ini dech^&^ -> http://www.youtube.com/watch?feature=player_embedded&v=qU9BURpemDo biar lebih berasa^&^

Aku yang sudah selesai perawatan, bersama chingudeulku datang ke toko olahraga milik appa Donghae. Mereka ingin bertemu Donghae dan memperlihatkaku. Tapi rupanya Donghae sedang pergi. Aku sedikit kecewa.
Aku sempat melihat artikel yang memberitakan kegagalan eksekusi pinalti ayah Chon. Saat hendak pulang, rupanya Donghae baru datang. Ia menyapaku dan kemudian heran dengan perubahan kulitku. Rupanya ‘treatment’ khusus yang dilakukan chingudeulku justru membuatku terlihat kuning.

“Apa kau menderita sakit kuning?”tanya Donghae sambil memeriksa suhu tubuhku.

Baguslah kulitku menjadi kuning, setidaknya, Donghae sudah menyentuh keningku..

Aku yang gugup menggeleng sambil berusaha tersenyum.

Saat itu lagi-lagi Yuri datang, dan berpura-pura hendak membeli sekotak bola pingpong. Aku yang sudah sangat kesal padanya menjatuhkan bola pingpong yang kubeli sehingga Yuri terpeleset dan jatuh. Semoga kakinya terkilir betulan sekarang. Hahaha.

Di sekolah akan diadakan klub pentas seni. Klub drama Taeyeon songsaeng, seperti biasa, terlihat kosong dan tak ada yang mendaftar, sementara klub penari klasik milik Seohyun songsaeng penuh dengan peminat. Di antara peminat-peminatnya tentunya juga ada aku dan chigudeulku.

“Sooyeon, kau harus melepas kaca matamu” saran Sooyoung.

Aku melepas kacamatanya sambil cemberut, “Kurasa kita tak cocok sama sekali dengan konsep klub ini. Kulit putih, cantik, mirip china… semua yang dibutuhkan untuk kualitas penari klasik.” Kataku sedih.

“Sooyeon benar,” Hyoyeon menimpali, “Setiap tahun Seohyun songsaeng hanya memilih yang cantik. Dan seluruh sekolah akan datang melihat mereka menari.”

“Tidak seperti klub drama, mereka semua jelek. Tak ada yang ingin melihat mereka perform” tambah Soonkyu.

“Tapi kita harus mencobanya” sela Sooyoung, “Kita mungkin tak cantik, kulit putih dan mirip China, tapi kita indah dan berkulit gelap. Kita bakal jadi trend baru.” Mereka hanya tertawa mendengar itu.
Tiba – tiba, Donghae lewat di dekat mereka dan menimbulkan kehebohan. Yuri memanggil Donghae dan bertanya klub mana dia akan bergabung.

“Aku akan ikut klub fotografi” jawab Donghae.
Yuri tersenyum genit, “Kalau kau butuh model untuk fotomu, kau bisa memanggilku kapan saja…” Kami menatap Yuri jijik.
Donghae tersenyum, “Aku berminat memotret pemandangan bukan orang.”
Kami jelas menertawakan Yuri. Tapi Yuri tak menyerah, “Ah, oppa bercanda.”

“Aku memang bercanda” jawab Donghae menghilangkan tawa kami, “Sini biar kufoto.”

Yuri memasang pose manisnya. Di foto kedua, Aku ikut-ikutan di belakang Yuri. Tujuanku bukan untuk merusak hasil foto Yuri, tetapi aku ingin ada wajahku di salah satu hasil jepretannya.

“Jadi, kau sudah tak kuning lagi? Kau kelihatan lebih cerah” ujar Donghae setelah memotret kami berdua.
Aku mengangguk sambil tersenyum gugup. Yuri kelihatan tak senang.

“Aku akan menanti penampilan kalian berdua saat festival” ucap Donghae dengan tatapan mata yang sangat menggoda membuatku dan Yuri tersipu malu.

“Lihat kan Sooyeon, pada akhirnya Donghae akan memakan umpan darimu. Kau hanya harus lebih cerah dan optimis” ujar Sooyoung menyemangati.

“Menjadi lebih baik dan indah,” sahut Soonkyu. Aku mengangguk sambil tersenyum. Ternyata percaya diri itu lebih baik.

“Kalau kau ragu soal keindahan, kenapa tidak pindah saja ke klub lain?”sindir Yuri.

Kami jelas emosi mendengar hinaan dari Yuri dan Tiffany hingga memulai pertengkaran. Membuat murid-murid lainnya yang mengantri terdorong ke depan.

“Mwoya? Murid yang membuat masalah, silahkan tinggalkan barisan ini, sekarang!” tegas Seohyun songsaeng.
Aku, Sooyoung, Hyoyeon, Soonkyu, Yuri, dan Tiffany pun meninggalkan barisan, “Tunggu sebentar.” Kami pun berhenti setelah mendapat komando dari Seohyun songsaeng.

“Yuri dan Tiffany tetap disini!” kata Seohyun songsaeng lalu melanjutkan pekerjaanya lagi. Jelas, Yuri dan Tiffany tersenyum puas dan meledek kami. Ya, Seohyun songsaeng memang pemilih, dan itu membuatku sakit hati.

Yuri, yang masih dendam padaku, meracik minuman dengan bumbu khusus. Ketika aku lewat ia memanggilku dan memberi minuman itu sebagai tanda maaf. Aku menerima minuman itu tanpa curiga sedikitpun. Namun sebelum meminumnya, Yoona, seniorku yang sekelas dengan Donghae menahan tanganku dan menyuruh Yuri untuk mencoba minuman itu lebih dulu. Rupanya sedari tadi ia memperhatikan Yuri.

“Kenapa kau tak mau minum?”tantang Yoona yang membuat Yuri salah tingkah.

“Lain kali hati-hatilah jika kau tak mau meminum air dengan kecap ikan” nasihat Yoona padaku, “Pergi dan buang minuman itu!” perintahnya lagi lalu berjalan ke tempant duduknya.
Aku hanya menurut. Sementara Yoona kembali ke bangku Donghae dan chingudeulnya sambil menceritakan perbuatan Yuri, “Lihatlah tingkah gadis itu.” Donghae dan yang lainnya melihat kearah Yuri, yang hanya menunduk menahan malu.
Dan hilang sudah kesempatan Yuri memikat hati Donghae.

Taeyeon songsaeng yang tak menemukan satu pun peminat akhirnya memutuskan menghampiri aku dan chingdeulku yang baru didepak dari klub tari. Ia mengetes kami dengan asal kemudian mengatakan bahwa kita sudah diterima di klub drama. Dan kami ditunggu di auditorium. Matanya lalu menangkap minumanku yang belum dibuang dan tanpa pikir panjang langsung meminumnya! Reaksinya seperti yang bisa dibayangkan. Ia hampir memuntahkan minumannya di depan Kepala Sekolah. Kami langsung mencegah Kepala Sekolah yang juga ingin meminum minuman itu.

Kami pun datang ke auditorium terlambat sehingga Taeyeon songsaeng  menghukum kami tak boleh ikut drama. Dengan senang hati kami menerima hukuman itu sampai Tayeon songsaeng langsung membatalkan hukumannya.
“Songsaenim, tapi kami mau ikut klub tari..” terang Sooyoung pelan, berusaha menjelaskan kalau mereka ingin ikut klub tari, namun belum selesai Sooyoung ngomong, Donghae muncul juga di auditorium. Rupanya ia juga dipaksa ikut oleh Taeyeon songsaenim.

Mataku hanya tertuju padanya, dengan tatapan mata yang berbinar, “Naega! Aku ikut klub drama ini!” kataku tegas sambil terus memperhatikan Donghae yang sedang mengecat tata panggung. Aku menggunakan kesempatan ini untuk lebih dekat denganya dan setuju bergabung dengan klub drama. Chingudeulku mentapku heran.

“Klub drama akan mementaskan Drama Bahasa Inggris Snow White dan karena Sooyeon yang terbaik dalam pelajaran Bahasa Inggris, ia terpilih jadi Snow White.” Tepuk tangan pun mulai bergema diruangan itu. “Naega?” tanyaku bingung.
Donghae? Dia terpilih jadi kelinci merangkap penata panggung.

Taeyeon songsaeng kemudian mengajak Ryeowook songsaeng dan Seohyun songsaeng untuk melihat hasil tata rias anak didiknya. Ia membual kalau anak didiknya mengerti tentang keindahan, namun ketika mereka sampai mereka dihadapkan oleh anak-anak drama yang berdandan kacau dan asal-asalan.

Ryeowook dan Seohyun songsaeng tak bisa menahan tawanya “Ini panggung drama atau panggung komedi Taeyeon songsaeng?”sindir Seohyun songsaeng yang membuat Taeyeon songsaeng semakin kikuk.

Hari menjelang gelap, latihan dramaku usai. Aku pergi ke belakang panggung yang kupikir sepi orang. Ternyata ada Donghae! disitu dan kita hanya berdua.!!!! >,

“Oh, kau sudah mau pulang?”tanya Donghae padaku yang sedang asik memotret.

Aku mengangguk. Mataku justru fokus pada buku 9 Metode Cinta di dekat Donghae. Aku khawatir Donghae berpikir macam-macam setelah melihat buku itu. Buru-buru aku ambil semua buku itu saat Donghae sedang memotret hal lain.

Kemudian sebuah kertas jatuh di dekat kaki mereka. Nomor telepon Donghae? Apa tidak salah tulisannya?
Dengan sigap, Aku segera menutupi kertas itu dengan kakiku.

“Hati – hati ya..” ujar Donghae yang tak sadar soal kertas itu.

“Bukankah tadi kakinya baik – baik saja? Kenapa ketika pulang jadi seperti itu?” Ia lebih heran padaku  yang berjalan terseret-seret padahal saat datang berjalan dengan normal.

Taeyeon songsaeng diam-diam mematai Seohyun songsaeng yang mampu mendandani muridnya dengan sangat baik. Tak mau kalah akhirnya ia meminta bantuan Yoona untuk menjadi ahli tata rias drama. Ia menyuruh Yoona untuk mendandaniku lebih dulu. Donghae, yang berada dibelakangku, memberi isyarat pada Yoona agar melakukan yang terbaik. Kemudian aku mulai didandani oleh Yoona.

Tak lama aku berganti baju, aku muncul dan memukau chingudeulnya. Aku terlihat lebih bersih dan cantik. Semua memuji keahlian Yoona merubahku. Namun yang aku harapkan hanya satu, yaitu reaksi dari Donghae. Dan Donghae bilang, “Dia tampak sama. Snow White dengan kawat gigi.”

Jleb!! Mwo?? Ahhh karena kawat gigi ini, aku jadi terlihat biasa saja? Huh! Ternyata benar apa yang Soonkyu bilang!

Perlahan Donghae pun turun dari atas dan berjalan menjauhi panggung, “Hmm..kapan aku bisa terlihat baik di hadapannya?” gumamku pelan, sementara Hyoyeon yang melihatku, berusaha menepuk nepuk pundakku seakan berkata

“Tidak apa – apa, kau pasti bisa” sambil tersenyum, dan itu membuatku semakin tegar.

“YA!! DOKTER! DOKTER!! TOLONG LEPASKAN INI!!! YA! YA!” teriakku di depan tempat praktek dokter gigiku yang sudah tutup. Kawat gigi ini pun akhirnya terlepas!

Saat latihan drama, yang berperan sebagai Pangeran tiba-tiba terkena diare. Taeyeon songsaeng memerintahkan Donghae yang saat itu sedang melukis pohon untuk sementara mengganti peran Pangeran. Dan adegan yang diperankan adalah adegan Pangeran yang mencium Snow White agar bangun dari tidurnya. Aku menanti ciuman Donghae dengan berdebar-debar. Sementara chingudeulku sudah heboh. Aku pun memejamkan mata. Namun saat ia membuka matanya lagi, sang Pangeran asli sudah kembali dari sakit diarenya dan bersiap menciumku.

Aku yang kaget karena saat membuka mata wajah Donghae berubah, langsung lompat dari kasurku. Karena panik aku tersandung ujung panggung dan mau jatuh.

Tiba – tiba, segenggam tangan kuat memegang tanganku, berusaha menarikku dan menahanku agar tak jatuh. Lama kami dalam posisi seperti ini, mata kami bertatapan.

Sampai akhirnya dia tersadar dan Donghae langsung menarikku hingga ke pelukannya dan menegurku, “Kau hampir mematahkan lehermu!” tegurnya. Lagi – lagi kami bertatapan. Oh Tuhan, apa aku sedang bermimpi sekarang? Dia sedang memelukku!!!

“Ehem…kalian sudah terlalu lama bertatapan, sekarang kembali ke posisi semula!” perintah Taeyeon songsaeng. Donghae lalu kembali ke pekerjaanya dan membuka jas Pangerannya.

Aku menunduk menyesal sementara hatiku berdebar tak karuan. Tanganku…tanganku..akhirnya…DIA MEMEGANG TANGANKU!!

Malamnya aku berusaha menelpon Donghae dengan nomor yang baru aku dapat. Begitu tersambung langsung terdengar suara Donghae.

“Ya, saya yang berbicara. Saya Donghae, Nuguseyo?” tanyanya dari sebrang sana.

Namun belum selesai Donghae bicara, aku sudah menaruh telponku lalu berlari keluar dan berteriak kegirangan. Saat aku kembali, Donghae rupanya telah menutup teleponnya.  Ya itu wajar. -_-

Hari pentas seni pun tiba. Seperti biasa, pertunjukkan tari Seohyun songsaeng mendapat sambutan hangat dari murid-murid sekolah. Semua memadati kursi penonton hanya untuk melihat Yuri cs yang cantik menari. Sementara ketika pertunjukkan Drama Taeyeon songsaeng, satu persatu murid meninggalkan bangku penonton. Hanya ada beberapa yang bertahan dengan tidak penuh minat.

Aku tak melihat Donghae diantara penonton. Yang ada malah seorang namja tampan yang takku kenal memandangiku dengan terpesona. Aku bermain drama dengan lesu. Sementara Donghae ternyata baru dapat pengumuman kalau ia memenangkan lomba fotografi. Ia harus pergi untuk mengambil hadiahnya bersama Kepala Sekolah.

Di belakang panggung, Taeyeon songsaeng memuji kinerja anak-anak didiknya. Ia bahkan berjanji akan mentraktir semua anak didiknya makan malam. Di mejaku ada sebuah apel dan pesan di bawahnya.

“Untuk Snow White, saya sudah mencicipinya. Apelnya tak beracun.”  Aku memandangi Apel itu dengan senang. Berharap itu..DONGHAE.

“Dari siapa?”tanya Sooyoung tertawa geli karena melihat apelnya sudah digigit.

“Pasti dari Donghae”ucapku senang.

“Mungkin dari anak itu” Hyoyeong menunjuk namja yang berperan sebagai Pangeran yang sedang memakan apel, dan memandang Nam penuh minat.

“Euhh…” aku geli. Sementara mereka tertawa mengejeknya, “Pangeran kodok! Sungguh cocok dengan putri kodok!”

Malam itu, aku melampiaskan kekesalanku pada Tuan Kancing. Aku berpikir,  Donghae pasti hanya memilih datang ke pertunjukkannya Yuri dibanding pertunjukkanku.

“Ya, memang, perbandinganku dengan Yuri, seperti angsa catnik dan itik buruk rupa..” gumamku pelan yang sangat kecewa pada Donghae. Aku lalu membuang Tuan Kancing meski kemudian aku memungutnya lagi dari tong sampah.

Keesokan harinya, Donghae sedang asik mengobrol bersama chingudeulnya ketika seorang namja menepuk bahunya, “Ya, kau tak menyapa ayahmu ini anakku?” canda namja itu.

Donghae menoleh dan kaget. Ia langsung memeluk namja itu dan mengenalkannya pada chingudeulnya, “Ini Kyuhyun, dia temanku sejak TK.”

Kyuhyun rupanya langsung terkenal di kalangan gadis-gadis karena dia tampan dan merebut popularitas Donghae. Kyuhyun lebih ramah, dan easy going. Ia menyapa semua gadis di jalan, sampai Donghae menghentikan tingkah playboynya dan mengajaknya ke kantin.


Di kantin rupanya drama Snow White yang diperankan oleh ku diputar berulang-ulang kali. Semua tak ada yang mengenali bahwa Snow White disana adalah aku, dan aku yang kini lebih manis dan cantik langsung terkenal di kalangan para namja. Sementara Donghae dan Kyuhyun juga melihat TV yang sama.

“Wah itu Snow White yang sedang diputar di TV. Dia manis. Apa dia sudah punya pacar?”tanya Kyuhyun benar-benar terpesona denganku.

“Sepertinya belum, tapi kurasa kau tak boleh mendekatinya”jawab Donghae, kali ini sangat tegas.

“Wae?”tanya Kyuhyun heran.

“Bukannya dia terlalu muda untukmu?”

“Ah aku bahkan sudah biasa meminta no telepon anak kelas 5 SD,” ujar Kyuhyun.

“MWO?” pekik Donghae.

                                                                                                                                      2002….(SMP KELAS 3)

Donghae dan Kyuhyun bermain sepak bola seperti biasa, sampai Kyuhyun menyuruh Donghae melakukan tendangan pinalti. Donghae tersinggung dan marah-marah karena Kyuhyun selalu menyuruhnya melakukan pinalti.

Kyuhyun yang tahu trauma sahabatnya bertanya, “Kau masih belum pulih dari trauma mu itu? Appamu sendiri mungkin sudah lupa.”

Donghae  mengelak, “Bukan, karena terlalu mudah makanya tak kulakukan!”

Kyuhyun ngalah, “Iya deh Cristiano Ronaldo….”

Di tengah jalan mereka dihentikan oleh 2 yeoja dari grup mayoret yang ingin foto bersama Kyuhyun. Donghae menawarkan dengan sukarela untuk memotret mereka. Namun baru gambar pertama, kedua yeoja itu sudah bertengkar merebutkan posisi paling dekat dengan Kyuhyun.

Donghae menatap bingung pada kedua yeoja itu, begitu pun dengan Kyuhyun.

Pertengkaran itu menarik perhatian siswa mayoret yang lain, mereka pun tawuran. Taeyeon Songsaeng datang melerai, sementara Kyuhyun dan Donghae memutuskan kabur dari tempat itu.

“Yak, kau bisa membuat keadaan jadi seperti ini?” tanya Donghae kagum. Kyuhyun hanya mengangkat bahu.

Kedua yeoja itu akhirnya terluka karena pertengkaran barusan. Yang satu leher dan kakinya, yang satu lengannya. Mereka dipastikan takkan bisa memimpin grup mayoret. Kepala Sekolah akhirnya memutuskan akan berkonsultasi dengan Seohyun songsaeng. Taeyeon songsaeng cemberut mendengar nama Seohyun songsaeng disebut. Tiba-tiba ia melihat raket melayang di belakangnya. Rupanya itulah aku dan chingudeulku yang melempar raket untuk bisa mengambil cock yang tersangkut.

Sekarang aku sudah jauh lebih cantik, bersih dan putih, rambutku juga panjang. Perubahan drastic yang kulakukan dengan kerja kerasku dan chingudeulku hanya untuk satu orang, Lee Donghae.

Melihat itu, Taeyeon songsaeng langsung dapat ide.

“Tidak perlu pakai Seohyun songsaeng, aku bisa menemukan yang jauh lebih baik..” kata Taeyeon songsaeng dengan penuh percaya diri.

Taeyeon songsaeng menghampiri aku dan chingudeulku yang sedang istirahat. Dia memuji-mujiku, “Sooyeon!” aku pun menoleh kearahnya,

dan inilah aku, aku yang baru.



“Sooyeon, seumur hidupku aku tak pernah melihat orang sesempurna, sebaik dan secantik kamu…”

Aku yang tahu taeyeon songsaeng  dulu bahkan pernah menghinaku sebagai si kulit hitam berkata, “Songsaenim, katakan saja langsung, apa yang kau ingin aku lakukan?”

Taeyeon songsaeng pun meminta secara langsung, “Arasseo, Sooyeon-ah, maukah kau jadi pemimpin Mayoret sekolah untuk Festival Olahraga kota, jebal” melas Taeyeon songsaeng padaku.

“MWO? PEMIMPIN MAYORET? NAEGA WAE?” pekikku kaget mendengar permintaanya.

“Karena hanya kau yang pantas, jebal…bantu aku..” kata Taeyeon songsaeng lagi.

Aku tadinya mau menolak karena festivalnya tinggal 2 minggu lagi, dan aku sama sekali tak ada persiapan, namun Taeyeon songsaeng terus memohon-mohon padaku.

“Barangkali, Donghae akan melihat saat kau tampil, sudah ikut saja, Sooyeon” saran Soonkyu padaku.

“Ne, benar apa yang Soonkyu bilang” saran Hyoyeon yang membuatku semakin…ingin melakukannya..?

“Arasseo, songsaenim, aku menerimanya” Mendengar itu,  Taeyeon songsaeng langsung bersorak dengan ria dan menyuruku untuk berlatih terus.

Dalam latihan pertama saja, aku bahkan tak bisa menangkap tongkat mayoretnya sama sekali. Aku melemparnya sangat tinggi sehingga seluruh murid-murid pada berlarian karena takut tertimpa. Aku putus asa. Aku merasa tak mungkin bisa melakukan lemparan tongkat mayoret. Chigudeulku terus menyemangatinya. Sooyoung membacakan metode terakhir dalam buku 9 Metode Cinta yang sesuai keadaan Nam saat ini.

Metode terakhir:

“Jika kamu ingin melakukan sesuatu karena cinta maka lakukanlah habis-habisan dan dengan sepenuh hati, maka dia akan datang padamu.”

Aku menghela nafas. Aku merasa tak percaya diri. Hyoyeon memegangi bahuku dan menyemangati, “Hey, Sooyeon.. kamu sudah sampai sejauh ini… (selama lebih dari 2 tahun jatuh cinta pada orang yg sama) dan berjuang sekuat tenaga.
Kamu kali ini tak hanya menjadi pemimpin mayoret sekolah kita, tapi menjadi perwakilan provinsi. Berjuanglah Soooyeon…”

Aku akhirnya berlatih siang-sore-malam di lapangan. Bahkan ketika lapangannya sedang dipakai Donghae dan Kyuhyun untuk bermain sepak bola, aku masih berlatih.

Hal ini menarik perhatian Kyuhyun yang jadi tak konsentrasi bermain bola dan membuat Donghae kesal lalu menyeretnya,

“Lagi-lagi kau melirik gadis-gadis!” Jujur saja, aku merasa sedikit risih dengan Kyuhyun..

Taeyeon songsaeng sedang meyakinkan Kepala Sekolah bahwa grup mayoretnya akan menjadi yang terbaik. Ia bahkan memuji-mujiku yang akan menjadi pemimpin grup mayoret. Baru selesai memuji, tiba-tiba terdengar teriakanku.

“Awas songsaeng!”

Dan tongkat mayoret melayang ke arah mereka berdua. Aku segera berlari mengambil tongkat tersebut sambil minta maaf pada mereka, terutama pada Sooman songsaeng dan segera pergi.

“Jangan bilang kalau dia yang akan jadi pemimpin Mayoret sekolah ini…” kata Kepala Sekolah.

Taeyeon songsaeng mencoba meyakinkan kalau kegagalanku yang tadi adalah yang pertama.Belum selesai Taeyeon songsaeng ngomong, tiba-tiba sebuah benda bergulir di depan mereka. Rupanya aku baru saja mematahkan kepala tongkat mayoretnya hingga rusak.

“Ganti dia, atau kau yang akan kuganti”ujar Kepala sekolah pada Taeyeon songsaeng sambil berjalan pergi.

Taeyeon songsaeng panik, “Tapi Festivalnya tinggal seminggu lagi!”

Aku mengintip dari balik pohon dengan perasaan bersalah, huh. Sudah ku bilang, aku tidak bisa melakukan ini.

Yuri dan Tiffany sedang berjalan sambil membicarakan soal Taeyeon songsaeng yang keras kepala mempertahankanku sebagai pemimpin Mayoret, “Aku heran kenapa ia tak memilih kita yang cantik dan berbakat, Taeyeon songsaeng begitu mengerikan, setiap siswanya juga mengerikan. Untung kita tak berada di kelasnya, kita mungkin takkan populer seperti sekarang.” Kata Tiffany sombong.

Aku yang mendengar perkataannya Tiffany marah, aku berniat untuk melabraknya namun ditahan oleh chingudeulku,

“Kenapa kau membicarakan Taeyeon songsaeng seperti itu?!” kataku marah pada mereka yang kaget melihat kami ada di belakang mereka.

“Pada kenyataannya seperti itu” jawab Yuri santai.

“Dasar wajah serangga!” ledek Tiffany, mereka lalu kabur.
Aku benar – benar emosi, “Aku akan membuktikan pada mereka bahwa murid Taeyeon songsaeng tidak mengerikan!”

“Sabarlah Sooyeon, mereka memang tak tahu aturan..” kata Hyoyeon berusaha menenangkan.

“Kalian, lihat saja, aku akan membuktikkan, kalau Taeyeon songsaeng itu tidak mengerikan, dan aku bisa melakukannya dengan baik..” itulah tekadku.

Semenjak itu, aku pun berlatih lagi dengan menggunakan sapu, sebagai pengganti tongkat mayoretnya yang rusak. Walaupun sampai sekarang aku masih belum berhasil.

Malamnya, Donghae dan Kyuhyun sedang dalam pertandingan percobaan, dan aku juga berada disitu untuk latihan. Appa Donghae dan temannya juga datang untuk melihat latihan anaknya. Saat pertandingan, timnya Kyuhyun dan

Donghae mendapat giliran penalti. Saat Kyuhyun mau melakukan eksekusi, Donghae menahan Kyuhyun. Rupanya ia mau mencoba melakukan penalti. Appa Donghae yang melihat gelagat anaknya memutuskan ingin pergi dari tempat itu karena takut, namun ditahan temannya. Kyuhyun memberi kesempatan pada Donghae.

Dengan mental yang sudah disiapkan, akhirnya Donghae menendang bola pinalti itu ke gawang. Sayang, tendangan pinalti Donghae membentur tiang gawang. Donghae depresi.

“Kau pasti bisa Donghae, kau pasti bisa, aku akan selalu mendukungmu..”gumamku sambil terus memperhatikan Donghae yang frustasi.

Kata-kata hinaan Jonghyun tentang appanya terngiang-ngiang di kepalanya. Appanya pun tak kuat melihatnya dan berniat segera pergi, namun temannya masih tertarik untuk melihat dan menahan appa Donghae. Kyuhyun menepuk bahu Donghae dengan senyum. Temannya yang bermain di tim lawan memberinya kesempatan kedua, “Yang tadi hanya pemanasan.”

“Mana ada aturan seperti itu…”kata Donghae kesal.

“Ada” kata Kyuhyun dan chingudeulnya.

“Terlebih lagi aku belum meniup peluit”sahut Ryeowook Songsaeng. Donghae tersenyum senang. Ia mencoba melakukan tendangan lagi.

Dengan tatapan penuh, dia berusaha konsentrasi dan yakin, pasti masuk, aku semakin terpesona melihat pesona Donghae yang tidak menyerah.

Dan…Goal!!!!!

Donghae disambut histeria chingudeulnya. Appanya juga sangat senang, dan pergi dengan lega dari tempat itu. Semua menyoraki Donghae termasuk aku yang ikut tersenyum senang untuknya. Donghae akhirnya menerima tawaran Ryeowook songsaeng untuk menjadi pemain tetap di Klub Sepak bola Sekolah. Teman-temannya senang, namun pandangan mata Donghae menatap penuh arti kearahku yang berdiri di samping bangku penonton. Aku hanya tersenyum sambil menatap tongkat mayoretnya, yang belum menyadari arah tatapan Donghae.

Di kamarku, aku terus memandangi Tuan Kancing, “Aku mengerti” ucapnya penuh senyum keyakinan.

Aku lalu berlatih siang, malam, seminggu tanpa henti. Dan latihannya akhirnya membuahkan hasil. Aku sudah mampu menangkap tongkat mayoretnya. Di sekolah Taeyeon songsaen senang dengan perkembangaku. Ia membanggakanku di depan Ryeowook dan Seohyun songsaeng. Ryeowook songsaeng memberikan aplause, sementara Seohyun songsaeng terlihat tak senang.

Hari Festival tiba. Aku dengan pakaian leader mayoretnya yang terlihat sangat cantik, kami berparade keliling kota.Aksiku juga ditonton oleh umma dan Soojung. Aku tersenyum senang kea rah mereka.

“Bagaimana, apakah onniemu terlihat cantik seperti umma?” tanya umma sooyeon.

“Yang benar saja! Onnie lebih cantik dari pada umma!”jawab Soojung.

“Kau dulu bilang kalau onniemu itu jelek..” sindir umma mereka yang membuat Soojung tersipu.Umma mereka memeluk Soojung sambil tersenyum senang.

Donghae dan Kyuhyun juga ikut menonton paradeku. Donghae sibuk memotretku, sementara Kyuhyun memandangiku dengan terpesona, “Aku takkan mau pindah kemana-mana lagi…”

Donghae menggerutu, “Aku selalu mendengar hal yang sama darimu terus!"

Kulirik sisi kiriku, ternyata disana ada Donghae, itu membuatku semakin bersemangat dan bersemangat, aku harus menunjukan yang terbaik di hadapannya.

“Ada Donghae, kali ini dia melihat aksiku. Aku harus jauh lebih baik!” kataku dalam hati.

Hari Valentine. Popularitaku langsung meningkat sejak Festival. Semua namja tergila-gila padaku. Aku mendapat banyak coklat dan hadiah valentine.

“Padahal Valentine tahun lalu dia masih berkulit gelap” ujar Sooyoung geli.

“Kyaa!! Ini dari Changmin! Aku akan mengambilnya!” kata Sooyoung sambil memeluk kotak itu.

“Apa Sooyeon sudah mengijinkan? SOOYEON! AKU AMBIL COKLAT DARI EUNHYUK YA!” teriak Hyoyeon padaku. Tapi aku tetap terlihat tak bersemangat. Soonkyu menanyakan keadaanku.

“Dia menunggu satu-satunya namja, justru ia tak datang” ucap Sooyoung. Siapa lagi kalau bukan Donghae.

Soonkyu tiba-tiba berseru heboh, “Sooyeon, cepat keluar! Dia datang! Dia datang!” Rupanya Donghae datang.

Ia membawa pohon mawar putih yang masih ada akarnya. Sooyoung cs mendorongku yang terlalu nervous untuk keluar. Hatiku dag-dig-dug, apalagi Donghae tersenyum manis ke arahnya. Oh GOD >

Dia lalu menyerahkan mawar putih itu ke tanganku, “Ini dari temanku” ucapnya sambil tersenyum. Senyumku hilang seketika ketika Donghae mengatakan hanya mengantarkan mawar dari temannya. Aku terus memandang punggung Donghae yang pergi dengan hati kecewa.

Di kamar, aku masih melihat pohon mawar itu dengan sedih. Saat aku memutuskan untuk belajar, secarik kertas terjatuh dari bukunya. Sebuah surat, “Sooyeon, sampai bertemu jam empat di depan tangga sekolah. Ada yang ingin kukatakan padamu.” aku tersenyum. Harapannya bangkit lagi. Mudah – mudahan, ini..Donghae..

Aku dengan setia menunggu di depan tangga sekolah dengan berdebar-debar. Apalagi ketika aku melihat sekolah sudah mulai sepi, dan Donghae datang ke arahku. Donghae tersenyum dan memanggil namaku, “Sooyeon…”

Oh Tuhan, apakah benar?? Apakah benar yang kuduga?? KYA!!!

“Rupanya kau datang…”tiba-tiba Kyuhyun berdiri di antara kami. Aku terkejut lalu meremas kertas di tanganku.

“Kyuhyun oppa yang memberiku surat ini?”tanyaku takut.

Kyuhyun mengangguk, “Ya, surat itu milikku.”

“A… ada yang ingin kau bicarakan padaku?”

Kyuhyun memandangku penuh senyum, “Maukah kau menjadi pacarku, Sooyeon?”

Aku terkejut. Sangat sangat terkejut. Aku sama sekali tak mengharapkan Kyuhyun yang mengatakannya. Mataku beralih kearah Donghae, “Donghae oppa, ingin mengatakan sesuatu padaku?”

Donghae berjalan ke arah Kami sambil tersenyum, “Ah, aku hanya ingin bertanya kenapa kau masih ada disini. Tapi pertanyaanku sudah terjawab…”

Donghae menepuk bahu Kyuhyun kemudian pergi. Aku menatap kepergiannya dengan tak percaya
.
“Jadi jawabannya apa Sooyeon? Jika kau diam saja aku akan menganggap kau oke dengan itu”ujar Kyuhyun.

Aku membeku. Kenapa? Kenapa Kyuhyun? Kenapa bukan…DONGHAE? TT__TT

Eottokae? Apa yang harus kukatakan?


                                                                            TO BE CONTINUE




Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Mengenai Saya

Foto saya
saya selalu ingin menguasai harapan demi harapan saya , dan impian demi impian saya selalu terwujud dalam hasrat untuk dapat tercipta dengan sempurna dan sesuai dengan keinginan. karena kreatif saya dalam menulis juga membuat hal menarik tersimpan sejuta langkah yang begitu melesat. ketekunan saya untuk lebih bisa menjadi mandiri terutama tetap menjadi diri sendiri . sering kali terpikir dipikiran saya , selalu ingin mengejar impian seperti salah satu nya saya ingin mewujudkan keinginan untuk buat blog ini menjadi menghasil , dan bermanfaat bagi pembaca , umat manusia . sifat saya selalu ingin mengejar sebuah keinginan dengan kerja keras yang berakhir kesuksesan . saya orang nya asik , dan juga sedikit manja , juga selalu tertarik untuk mencari hal - hal yang baru ( positif ) khusus nya untuk diri sendiri dan umum nya untuk orang lain ( pembaca ) . semoga langkah demi langkah aku temukan tujuannya dan tidak sulit aku temukan kemudahan yang berkilau didepan mata untuk masa depan aku... goOd LucK!

CLOC'KS NOW

PERHATIKAN !!

Saranghae ...
Pemirsa yang pada unyu - unyu selamat menikmati khiasan dalam tulisan , semoga menghibur . Diharapkan yang sedang VISIT to BLOG'S BOMBASTIS ini harus pada suasana hati sedang bahagia , DILARANG galau , sedih , kalau terharu boleh ^_^ . JIKA ADA YANG MELANGGAR AKAN DIBERI SANSI .Jadi ayo kita tebarkan senyuman !! :*

Disini yhayank berbagi , semoga bisa bermanfaat dan menjadikan anda memilih posting yang akan merayu-rayu mouse anda untuk melakukan klik pada postingnya

SEMANGKA !!

Anda para pembaca akan saya panggil "GOCIN" dan saya adalah DETEKTIF anda , semoga bermanfaat , disini anda bisa bersenang - senang ...

VISI & MISI
Menjadi yang terbaik .


HOLA HOLA !! say hay buat kamu dimanapun berada ^^

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Pemulih Jiwa (Nursing Care) - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template